Bintang ternyata mengikuti jenjang kehidupan seperti manusia. Mereka lahir, remaja, dewasa, tua, sekarat, dan ahirnya mati. Namun yang membedakan dengan manusia hanyalah usia hidup bintang yang lebih panjang ketimbang manusia, sehingga perubahan yang terjadi tidak bisa diamati secara akurat oleh manusia.
A. Awal kehidupan Bintang
semua bintang berawal dari awan gas antarbintang. sebagian memiliki kandungan materi-materi berat seperti oksigen atau silikon dalam beberapa persen massa, namun kebayakan hanya mengandung zat paling sederhana di alam semesta yaitu hidrogen. Adanya gangguan dari lingkungan, membuat awan gas tersebut menjadi tidak stabil dan terbentuk kumpulan-kumpulan massa yang masing-masing berotasi dan mengerut akibat gravitasi penyusunnya. Saat itulah terbentuk
protobintang, yang juga dikenal dengan janin bintang.Seiring dengan menyusutnya protobntang, suhu dan tekanan di
pusat menjadi semakin tnggi. Apabila kedua variabel mencapai suatu nilai
tertentu, maka terpiculah reaksi inti berantai yang mengubah hidrogen menjadi
deuterium lalu menjadi helium. Tekanan radiasi ke arah luar tersebut mampu
melawan tekanan gravitasi ke arah dalam, sehingga mencegah kerutuhan gafitasi
lebih lanjut. Saat pertama kali mengalami reaksi inti maka pada saat itulah
bintang baru telah lahir.
B. Masa Stabil Bintang
Evolusi bintang, sesungguhnya adalah pertempuran antara 2
gaya yaitu gaya gravitasi ke arah pusat bintang melawan gaya tekan radiasi ke
luar. Ukuran bintang akan stabil apabila besarnya kedua gaya tersebut seimbang
(sama). Keadaan tersebut tidak tercapai segera setelah pembakaran pertama,
namun bintang harus melewati masa “remaja” yang tidak stabil terlebih dahulu
meskipun sangat singkat.
Bintang bermassa besar akan memiliki gaya gravitasi ke dalam
yang juga besar, sehingga membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk
mengimbanginya, yang ahirnya mengakibatkan proses pembakaran yang lebih boros. Akibatnya,
semakin besar massa bintang maka semakin cepat pula bintang tersebut “kehabisan”
bahan bakar, dan berlaku sebaliknya untuk bintang yang bermassa kecil.
C. Ahir Hidup Bintang
Bagi bintang dengan massa sedang hingga besar, proses fusi
tidak hanya berhenti pada reaksi helium menjadi karbon. Paada ahirnya proses
yang sama menyebabkan pembakaran helium akan terulang lagi, sehingga memaksa terjadinya
fusi ketiga, karbon menjadi neon yang terjadi di inti. Sementara itu di kulit
inti masih terjadi pembakaran helium, dan diatas lapisan helium masih terjadi
fusi hidrogen.
Proses tersebut berlanjut terus-menerus hingga terjadi
reaksi fusi neon menjadi oksigen, neon-magnesium, oksigen-silikon, dan proses
lain yang semuanya membutuhkan suhu dan tekanan yang semakin tinggi untuk dapat
terjadi, sehingga hanya bintang bermassa sangat besarlah yang bisa mencapai
tahap reaksi terahir: pembentukan inti besi, yang merupakan unsur paling berat
yang bisa dibentuk di inti bintang.
Hasilnya di ahir hidupnya, bintang akan dalam keadaan
berlapis-lapis seperti bawang, yang terdiri dari zat-zat yang pernah
dibentuknya mulai dari hiddrogen paling luar, helium dibawahnya, dan
seterusnya. Lapisan terdalam ditentukan massa bintang.
Setelah bintang tidak mampu lagi membakar mateeri di inti
maka saat itulah bintang akan menyusut karena tidak dapat menahan gaya
gravitasinya sendiri dan akan mengalami keruntuhan gravitasi yang menandai ahir
hidup dari bintang itu sendiri.