Minggu, 26 Oktober 2014

EVOLUSI BINTANG

Bintang ternyata mengikuti jenjang kehidupan seperti manusia. Mereka lahir, remaja, dewasa, tua, sekarat, dan ahirnya mati. Namun yang membedakan dengan manusia hanyalah usia hidup bintang yang lebih panjang ketimbang manusia, sehingga perubahan yang terjadi tidak bisa diamati secara akurat oleh manusia.


A. Awal kehidupan Bintang

semua bintang berawal dari awan gas antarbintang. sebagian memiliki kandungan materi-materi berat seperti oksigen atau silikon dalam beberapa persen massa, namun kebayakan hanya mengandung zat paling sederhana di alam semesta yaitu hidrogen. Adanya gangguan dari lingkungan, membuat awan gas tersebut menjadi tidak stabil dan terbentuk kumpulan-kumpulan massa yang masing-masing berotasi dan mengerut akibat gravitasi penyusunnya. Saat itulah terbentuk protobintang, yang juga dikenal dengan janin bintang.Seiring dengan menyusutnya protobntang, suhu dan tekanan di pusat menjadi semakin tnggi. Apabila kedua variabel mencapai suatu nilai tertentu, maka terpiculah reaksi inti berantai yang mengubah hidrogen menjadi deuterium lalu menjadi helium. Tekanan radiasi ke arah luar tersebut mampu melawan tekanan gravitasi ke arah dalam, sehingga mencegah kerutuhan gafitasi lebih lanjut. Saat pertama kali mengalami reaksi inti maka pada saat itulah bintang baru telah lahir.

B. Masa Stabil Bintang

Evolusi bintang, sesungguhnya adalah pertempuran antara 2 gaya yaitu gaya gravitasi ke arah pusat bintang melawan gaya tekan radiasi ke luar. Ukuran bintang akan stabil apabila besarnya kedua gaya tersebut seimbang (sama). Keadaan tersebut tidak tercapai segera setelah pembakaran pertama, namun bintang harus melewati masa “remaja” yang tidak stabil terlebih dahulu meskipun sangat singkat.
Bintang bermassa besar akan memiliki gaya gravitasi ke dalam yang juga besar, sehingga membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk mengimbanginya, yang ahirnya mengakibatkan proses pembakaran yang lebih boros. Akibatnya, semakin besar massa bintang maka semakin cepat pula bintang tersebut “kehabisan” bahan bakar, dan berlaku sebaliknya untuk bintang yang bermassa kecil.

C. Ahir Hidup Bintang

Bagi bintang dengan massa sedang hingga besar, proses fusi tidak hanya berhenti pada reaksi helium menjadi karbon. Paada ahirnya proses yang sama menyebabkan pembakaran helium akan terulang lagi, sehingga memaksa terjadinya fusi ketiga, karbon menjadi neon yang terjadi di inti. Sementara itu di kulit inti masih terjadi pembakaran helium, dan diatas lapisan helium masih terjadi fusi hidrogen.
Proses tersebut berlanjut terus-menerus hingga terjadi reaksi fusi neon menjadi oksigen, neon-magnesium, oksigen-silikon, dan proses lain yang semuanya membutuhkan suhu dan tekanan yang semakin tinggi untuk dapat terjadi, sehingga hanya bintang bermassa sangat besarlah yang bisa mencapai tahap reaksi terahir: pembentukan inti besi, yang merupakan unsur paling berat yang bisa dibentuk di inti bintang.
Hasilnya di ahir hidupnya, bintang akan dalam keadaan berlapis-lapis seperti bawang, yang terdiri dari zat-zat yang pernah dibentuknya mulai dari hiddrogen paling luar, helium dibawahnya, dan seterusnya. Lapisan terdalam ditentukan massa bintang.
Setelah bintang tidak mampu lagi membakar mateeri di inti maka saat itulah bintang akan menyusut karena tidak dapat menahan gaya gravitasinya sendiri dan akan mengalami keruntuhan gravitasi yang menandai ahir hidup dari bintang itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar